Subscribe:

Pages

Labels

Minggu, 02 Juni 2013

DEKAH BUMI

Bagi masyarakat jawa khususnya para kaum petani dan para nelayan, tradisi ritual tahunan semacam sedekah bumi bukan hanya merupakan sebagai rutinitas atau ritual yang sifatnya tahunan belaka. Akan tetapi tradisi sedakah bumi mempunyai makna yang lebih dari itu, upacara tradisional sedekah bumi itu sudah menjadi salah satu bagian dari masyarakat yang tidak akan mampu untuk dipisahkan dari budaya jawa .
Pada acara upacara tradisi sedekah bumi tersebut umumnya, tidak banyak peristiwa dan kegiatan yang dilakukan di dalamnya. Hanya saja, pada waktu acara tersebut biasanya seluruh masyarakat sekitar yang merayakannya tradisi sedekah bumi membuat tumpeng dan berkumpul menjadi satu di tempat sesepuh kampung, di balai desa atau tempat tempat yang telah disepakati oleh seluruh masyarakat setempat untuk menggelar acara ritual sedekah bumi tersebut.
Setelah itu, kemudian masyarakat membawa tumpeng tersebut ke balai desa atau tempat setempat untuk di doakan oleh sesepuh adat. setelah di doakan oleh sesepuh adat, kemudian kembali diserahkan kepada masyarakat setempat yang membuatnya sendiri. Nasi tumpeng yang sudah di doakan oleh sesepuh adat setempat kemudian di makan secara ramai ramai oleh masyarakat yang merayakan acara sedekah bumi itu. Namun, ada juga sebagian masyarakat yang membawa nasi tumpeng tersebut yang membawanya pulang untuk dimakan beserta sanak keluarganya di rumah masing-masing. Pembuatan nasi tumpeng ini merupakan salah satu syarat yang harus dilaksanakan pada saat upacara tradisi tradisional itu.
Makanan yang menjadi makanan pokok yang harus ada dalam tradisi ritual sedekah bumi adalah nasi tumpeng dan ayam panggang. Sedangkan yang lainnya seperti minuman, buah-buahan dan lauk-pauk hanya bersifat tambahan saja, tidak menjadi perioritas yang utama. pada acara akhir para petani biasanya menyisakan sebagian makanan itu dan diletakkan di sudut-sudut petak sawahnya masing-masing.
sebagai Bentuk Rasa Syukur.
Dalam puncaknya acara ritual sedekah bumi di akhiri dengan melantunkan doa bersama-sama oleh masyarakat setempat dengan dipimpin oleh sesepuh adat. Doa dalam sedekah bumi tersebut umumnya dipimpin oleh sesepuh kampung yang sudah sering dan terbiasa mamimpin jalannya ritual tersebut. Ada yang sangat menarik dalam lantunan doa yang ada dilanjutkan dalam ritual tersebut. Yang menarik dalam lantunan doa tersebut adalah kolaborasi antara lantunan kalimat kalimat Jawa dan dipadukan dengan doa yang bernuansa Islami.
Ritual sedekah bumi yang sudah menjadi rutinitas bagi masyarakat jawa ini merupakan salah satu jalan dan sebagai simbol penghormatan manusia terhadap tanah yang menjadi sumber kehidupan.


Manurut cerita dari para nenek moyang orang jawa terdahulu, “Tanah itu merupakan pahlawan yang sangat besar bagi kehidupan manusia di muka bumi. Maka dari itu tanah harus diberi penghargaan yang layak dan besar. Dan ritual sedekah bumi inilah yang menurut mereka sebagai salah satu simbol yang paling dominan bagi masyarakat jawa khususnya para petani dan para nelayan untuk menunjukan rasa cinta kasih sayang dan sebagai penghargaan manusia atas bumi yang telah memberi kehidupan bagi manusia”. Sehingga dengan begitu maka tanah yang dipijak tidak akan pernah marah seperti tanah longsor dan banjir dan bisa bersahabat bersandingan dengan masyarakat yang menempatinya.
Selain itu, Sedekah bumi dalam tradisi masyarakat jawa juga merupakan salah satu bentuk untuk menuangkan serta mencurahkan rasa syukur kepada Tuhan YME atas nimat dan berkah yang telah diberikan-Nya. Sehingga seluruh masyarakat jawa bisa menikmatinya. Sedekah bumi pada umumnya dilakukan sesaat setelah masyarakat yang mayoritas masyarakat agraris habis menuai panen raya. Sebab tradisi sedekah bumi hanya berlaku bagi mereka yang kebanyakan masyarakat agraris dan dalam memenuhi kebutuhannya dengan bercocok tanam. Meskipun tidak menuntut kemungkinan banyak juga dari masyarakat nelayan yang juga merayakannya sebagai bentuk rasa syukurnya kepada tuhan, yang menurut para nelayan disebut dengan sedekah laut. Itu sebagai bentuk rasa sukur masyarakat nelayan kepada tuhan sebab mereka bisa melaut dan mengais rizqi di dalamnya.
Namun sayangnya melihat realitas beberapa tahun terakhir ini, ritual sedekah bumi yang merupakan salah satu bentuk tradisi jawa yang sifatnya turun temurun, sedikit demi sedikit tanpa disadari sudah mulai memudar pamornya dan ditinggalkan oleh masyarakat jawa sendiri. Tradisi yang merupakan salah satu bentuk rasa penghargaan dan kasih sayang kepada tanah sudah tidak terlihat lagi. Dan makna sakral sebagai bentuk rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang terdapat dalam ritual dalam sedekah bumi juga mulai terkikis oleh perkembangan zaman. Sehingga tidaklah mengherankan jika di muka bumi banyak terjadi bencana alam. Sebab manusia sudah mulai melupakan dan menghargai jerih payah dan pengorbanan besar tanah bagi kehidupan manusia. Dan yang lebih parah lagi manusia sudah tidak mau lagi memanjatkan piji syukur kepada Tuhan YME yang telah memberikan kenikmatan dan kesejahteraan bagi manusia di alam semesta.
Tanpa mengurangi makna esensial yang terkandung dalam ritual sedekah bumi tersebut, sebagai manusia yang telah ditugasi dan dipercayai oleh Tuhan di muka bumi sebagai kholifatul Fir Ardi sudah sepatutnya kita renungkan kembali akan segala sikap yang telah diperbuat pada eksistensi bumi. Sebagai Kholifah yang bertanggung jawab penuh di bumi maka kita harus kembali memperdulikan serta melestarikan keadaan yang ada di dalamnya. Jangan sampai kita hanya melakukan berbagai kerusakanSedekah bagi kita ummat Islam merupakan kata yang tidak asing, bahkan kita senantiasa saling menganjurkan dan memerintahkan untuk mengamalkannya. Sedekah dalam bahasa arab di kenal dengan sodaqoh yang artinya memberi sedekah/derma ( dengan sesuatu ). Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman : يَأَيُّهَاالَّذِيْنَ أَمَنُوْا لاتُبطِلُوْا صَدَقَاتِكُمْ بِاالْمَنِّ وَالأذَى كَاالَّذِيْ يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَالنَّاسِ ……… (سورة البقرة : 264 ) Hai orang-orang yang beriman jangan kamu menghalangi ( pahala ) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti ( perasaan si penerima ) seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia….. ( Surat Al Baqoroh : 264 ) Rosululloh j juga bersabda : وَعَنْ حَكِيْمِ بْنِ حِزَامٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ( اْليَدُ الْعُلْياَ خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى وَبْدَأْبِمَنْ تَعُوْلُ, وَخَيْرُ الصَّدَقَةِ مَاكَانَ عَنْ ظَهْرِغِنًى, وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللهُ, وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ) ( رواه البخري و مسلم ) Dari Hakim bin Hizam semoga Alloh meridhoinya dari Rosululloh j beliau bersabda : “ Tangan diatas lebih baik dari tangan yang dibawah . Dahulukanlah orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-baik sedekah itu ialah yang dari lebihnya kebutuhan sendiri. Dan barang siapa yang memelihara kehormatannya, maka Alloh akan memeliharanya. Dan barang siapa yang mencukupkan akan dirinya, maka Alloh akan mencukupinya.” (H.R. Bukhari dan Muslim ) Dari ayat dan hadits yang disebutkan diatas cukuplah bagi kita meyakini bahwa sedekah merupakan bagian dari syariat Islam yang sangat mulia dan kebobrokan tanpa memperdulikan akibat pada akhirnya. Dengan kita memperhatikan dan memperdulikan bumi tanpa merusaknya sedikit pun, niscaya alam juga akan kembali bersahabat dengan manusia.kini masyarakat sumber agung mulai rutinan tiap tahun menyembelih ternak  atau lebih dikenal dengan selametan dekah bumi.meminta kepada alloh supaya masyarakat Ayem tentrem loh jinawe
Description: DEKAH BUMI Rating: 5 Reviewer: Unknown ItemReviewed: DEKAH BUMI ItemReviewed: DEKAH BUMI

Senin, 14 Januari 2013

Sejarah Berdirinya Pondok-Pondok Pesantren Bandungsari

Al-kisah pondok pesantren Bandungsari telah ada sejak zaman wali songo, dikisahkan di desa Bandungsari kecamatan Ngaringan kabupaten Grobogan, telah pernah berdiri pondok pesantren yang didirikan oleh waliyulloh SYEKH AHMAD ALI murid dari SUNAN GIRI. Namun keberadaan pondok dan makamnya terjadi khilaf.
Kiai BASYARIDDIN bin Kiai RADEN JUMALI waliyulloh asal Tuyuhan Pamotan Rembang adalah Kiai pertama yang mendirikan Pondok Pesantren di kulon kali (barat sungai), setelah beliau wafat diteruskan menantunya yaitu Kiai HASAN PURO putra Kiai IMAM TABRI dari Jatisari Wirosari. Menantu Kiai BASYARIDDIN yang lain yaitu Kiai IBRAHIM mendirikan Pondok Pesantren di masjid selatan. Sepeninggal beliau diteruskan Kiai MUKTI kemudian diteruskan Kiai SAIROZI. Menantu beliau yang lain yaitu kiai ARIF mendirikan Pondok Pesantren di madrasah utara. Sepeninggal beliau diterusakan Kiai DAHLAN dan Kiai MUHADI. Sepulang dari Pondok Pesantren Langitan Jawa Timur putra-putra KIAI HASAN PURO yaitu Kiai ASMU’IN dan HAMZAH beserta sahabatnya KH. MA’RUF mengamalkan ilmunya di Bandungsari. HAMZAH menjadi Kepala Desa Bandungsari namanya diganti HADI REJO. Kiai ASMU’IN mendirikan Pondok Pesantren di dekat pondok Kiai DAHLAN dan Kiai MUHADI. KH. MA’RUF dinikahkan dengan keponakan Kiai ASMU’IN yaitu putri mbah PAWIRO menantu HASAN PURO.
Tahun 1905 KH. MA’RUF mendirikan pondok dikomplek kauman sebelah barat. Tahun 1917 kiai SIDIK menantu mbah PAWIRO mendirikan Pondok Pesantren di kauman timur. Beliau adalah putra Kiai UMAR ABDULLOH dari Jati Sari. Sepulang berguru di Pondok Pesantrennya KH. HASYIM ASY’ARI dari Tebu Ireng, Kiai MASYHURI putra KH. MA’RUF membantu ayahandanya membimbing para santri.
Pada tahun 30-an terjadi krisis di Pondok Pesantren utara. Kiai MUHADI hijrah ke Demak, Kiai DAHLAN pindah ke Trowolu, Kiai ASMU'IN wafat. Setelah Kiai ASMU'IN wafat istrinya dijadikan istri kedua Kiai MA’RUF. Pondok utara dan semua santrinya digabungkan di Pondok Pesantrennya Kiai MA’RUF. Pada tahun 1944 M. ketika Kiai SIDIK wafat. Pondok timur dipersatukan dengan pondok barat oleh Kiai MASYHURI di beri nama AL MA'RUF. Seiring dengan makin banyaknya santri maka sistem mengajarnya pun diubah dengan cara formal yaitu dengan mendirikan madrasah yang diberi nama RIYADLOTUSSUBBAN dengan guru-guru mengajarnya;
Shof I : Ustadz Kastolani Ibnu KH. Ma’ruf
Shof II : Ustadz Sholeh Ibnu KH. Ma’ruf
Shof III : Ustadz Nawawi menantu Kiai Siddiq alumni dari Tebuireng.
Klas I : Ustadz Syamsuddin ibnu Kiai Siddiq
Klas II : Kiai Muslih Ali dari Kudus santri Kiai Ma’ruf.
Sedangkan struktur pengurus Madrasah;
Mudir ‘Am : Kiai Masyhuri
Pelaksana : Kiai Abdul Karim
Ketua : Bpk. Kardi dari Bandungsari
Sekretaris : Bpk. Kasturi dari Sendangsuro
Perlengkapan : Bpk. Salamun dari Bandungsari
: Bpk. Ridwan dari Bandungsari
Tahun 1963 M Kiai MASYHURI wafat. Kepemimpinan Pondok Pesantren dipegang oleh KH. ABDUL KARIM dan Kiai MUSLIH. Tahun 1981 M. Kiai MUSLIH wafat. Posisi beliau digantikan Kiai BASYARIDDIN putra Kiai SIDIK.
Tahun 1988 M. KH. ABDUL KARIM Wafat. Posisi beliau digantikan KH. ABDUL WAHID ZUHDI dan KH. AHMAD KHOLIL KARIM, dibawah kepemimpinan KH. ABDUL KARIM dan Kiai MUSLIH di Bandungsari hanya satu Pondok Pesantren yaitu PP. Al Ma’ruf. Tapi sepeninggal Kiai MUSLIH mulailah bermunculan pesantren-pesantren baru. Semoga bermunculnya pesantren-pesantren baru membawa hikmah dan berkah untuk kemaslahatan Islam dan orang-orang Islam. Kemudian KH. ABDUL WAHID ZUHDI melebarkan sayap ke Ngangkruk (sebelah utara PP. Al Ma'ruf) untuk mengembangkan program-program beliau yang sekarang sangat tersohor, diantaranya program 40 hari, 100 hari, menghafal Alfiyyah plus murod dalam satu tahun.
Kemajuan Yang Dicapai
Di Bidang Fisik
Di bangun PON-PES AL-KUTTAB khusus santri kecil dan Ibtida’ dilahan seluas … ha, plus kamar mandi dan WC. Dibangun asrama untuk penampungan orang hilang ingatan (gila) terlantar (tak memiliki keluarga) bernama yayasan "MA'ATHYH" dengan kapasitas 40 orang plus kantor penjaga. Dibangun pula komplek PON-PES PUTRI tiga lantai dengan 30 kamar tidur dan ruang pendidikan. Dibangun pula madrasah "ASHSHOCHU" berdiri Nopember 2007.
Dibidang Pendidikan
Dibidang pendidikan, beliau memunculkan terobosan program-program baru yang belum dimiliki oleh pondok pesantren lain seperti :
Diterapkannya metode memahami kitab secara cepat dan cerdas, mempelajari dan menghafal kitab selama 40 hari bagi tingkatan dasar. Kemudian disusul program 100 hari. Target program ini, santri dituntut untuk dapat memaknai (makna gandul, jawa) serta memahami maksud dari kitab Aby Syuja'.
Membaca kitab kotongan/tanpa makna (pagi belajar, sore setoran, malam musyawaroh) bagi pelajaran wajib.
Difokuskannya pelajaran Hadis, Falak, Faroidl, Arudh di bulan liburan (bulan Robi'ul Awwal dan Romadhon) bagi santri dalam maupun luar pondok pesantren. Bahkan dalam ilmu Falak, mengalami kemajuan yang luar biasa terbukti dikirimkannya guru-guru falak dari pesantren lain, dari Jawa Tengah dan Jawa Tinur juga Madura untuk belajar falak tiap bulan Ramadhan.
Dijadikannya kitab-kitab karangan Beliau sebagai mata pelajaran wajib di lebih dari 10 pesantren Jawa Tengah dan Jawa Timur seperti, Nahwu Mandhumah, Risalah Nisa’, Faidu Dzil Jalal dan Falak.
Kerja sama dengan lebih dari 20 Pon-Pes baik besar maupun kecil dari Jawa Timur dan Jawa Tengah seperti Sarang, Lirboyo untuk Bahtsul Masa’il Kubro Fiqhiyyah Waqi'iyyah dengan metode yang lain dari pondok pesantren pada umumnya yakni dengan metode pembuatan makalah.
Diterimanya lulusan Fadhlul Wahid untuk belajar di Mesir dan Yaman. Bahkan sekarang sudah begitu banyak santri Beliau yang belajar di Mesir atau Yaman yang mendapatkan titel Lc.
Di Bidang Kemasyarakatan
Beliau adalah pembimbing rohani bagi jama’ah Thoriqoh As-Syadziliyyah yang jumlah pengikutnya kurang lebih mencapai 7000 (tujuh ribu) orang di tiga Kabupaten yaitu Blora, Grobogan, dan Demak. Seluruh kegiatan pengajian di biayai oleh Beliau tanpa memungut dari santri Thoriqoh sejak Beliau membentuk thoriqoh syadziliyyah.
Setiap bulan Robi’ul Awwal selalu mengadakan khitanan massal sejak tahun 1997, tiap tahun tidak kurang dari 100 anak yang dikhitan. Menampung dan merawat orang-orang hilang ingatan (gila) yang terlantar (tidak memiliki keluarga) yang di ambil dari jalan-jalan di 2 Kabupaten yaitu Blora dan Grobogan.
Di Bidang Teknologi
Telah diajarkan pemahaman computer untuk siswa MTs (Tsanawi) keatas, yang bertujuan untuk merealisasikan program computerisasi untuk mentahrij hadis-hadis.
Melihat sikap Beliau yang sangat peduli terhadap Maslahatul Islam Wal Muslimin dan keberhasilan yang telah di capai oleh Pon-Pes Fadhlul Wahid selama dalam bimbingan Beliau, sudah seharusnya kita sebagai kaum muslimin pada khususnya serta bangsa Indonesia pada umumnya bangga terhadap keberhasilan Beliau.
Keadaan Masyarakat Sekitar Pesantren
Pondok Pesantren Fadhlul Wahid terletak di area pesawahan lebih persisnya tanah yang tinggi (angkruk, jawa) desa Bandungsari yang jauh dari kota ± 5 km arah barat kecamatan Ngaringan, 32 km arah timur dari kota kabupaten Grobogan. Pesantren ini berada agak jauh dari perkampungan karena memang asal mulanya bekas pesawahan yang cukup luas (7 hektar).
Secara sosial dan kultur masyarakat sekitar berasal dari masyayih, santri, pelajar dan petani. Heterogenitas juga dilihat dari beragamnya agama (Islam dan Kristen) yang dipeluk masyarakat sekitar pesantren. Tidak lebih dari radius 2 km terdapat 1 buah gereja dan beberapa masjid serta musholla yang berjejer-jejer. Namun demikian, bagi pemeluk Kristen jumlahnya sangat minim hanya segolongan saja. Meskipun demikian, kerukunan dan toleransi antar umat beragama terbina sangat baik sehingga tidak ada perselisihan yang berarti. Taraf ekonomi masyarakat sekitar didominasi oleh kalangan 65 % petani, 20 % pedagang, 10 % wiraswasta, dan 5 % buruh.
Organisasi Kelembagaan
Organisasi kelembagaan di pondok pesantren Fadhlul Wahid bernama yayasan "MA'ATHYH" yang mana yayasan ini dibidang sosial. Maksud dan tujuan yayasan "MA'ATHYH" tersebut adalah melaksanakan kewajiban fardlu kifayah dengan menitikberatkan pada Pengayoman Dan Perawatan Kepada Orang Lupa Ingatan (Gila) Yang Terlantar (tidak diketahui keluarganya) dan bukan bermaksud untuk penyembuhan. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang yayasan "MA'ATHYH" akan dibahas pada bab berikutnya.
Kegiatan Pendidikan
Pendidikan yang diselenggarakan adalah pengajian kitab-kitab salaf mulai pagi (baik pelajaran Al-Qur'an maupun kitab kuning) sampai malam (jam musyawaroh). Kurikulum yang diterapkan adalah murni kurikulum pesantren yang mengacu pada pemahaman kitab-kitab salafiyyah. System pendidikan/pengajian kitab kuning (sorogan, setoran makna, dll) yang mengarah pada pendalaman materi dan wawasan ilmu agama/'ulumuddin dengan pendekatan metode efektif-efesien dan pengajaran klasikal (salafiyyah) serta bahtsul masa'il (baik bahtsul masa'il sughro, wustho, maupun kubro). Pada dimensi pragmatis diajarkan computer (yang diharuskan pada tingkatan kelas Funun) yang mengacu pada santri untuk bisa mentahrij hadis-hadis (mulai dari riwayat hadis, biografi para shohabat, mencari ibaroh-ibaroh kitab kuning, dan lain sebagainya). Kegiatan ekstra yang tersedia meliputi beladiri PORSIGAL, sepakbola, computer, berkebun.
Sarana Dan Prasarana
Aset, sarana dan prasarana yang dimiliki yaitu : 1 buah aula, 1 unit gedung madarasah ashshochu, 1 unit gedung TK Al-Kuttab, 1 unit gedung pesantren putra, 1 unit gedung pesantren putri, 1 ruang perpustakaan dan ruang computer. Sarana olahraga yang dimiliki adalah sepakbola.
Sumber Dana
Dana pondok pesantren bersumber utama dari iuran syahriyyah dari santri setiap bulan dan penjualan kitab-kitab atau hasil karya para santri sendiri seperti makalah-makalah, hasil musyawarah, dan lain-lain. Disamping itu juga sumbangan dari wali santri, santri thoriqoh dan lembaga-lembaga lain yang tidak mengikat.
Demikian sekelumit profil pondok pesantren Fadhlul Wahid desa Bandungsari kecamatan Ngaringan kabupaten Grobogan propinsi Jawa Tengah dipaparkan, Semoga ada manfaatnya bagi pondok pesantren pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Description: Rating: 5 Reviewer: Unknown ItemReviewed: ItemReviewed:

Sering di baca